Kamis, 25 September 2008

The Seven Magnificent


PERTAMA kali sebutan “The Seven Magnificent” diberikan kepada anggota tim Piala Thomas Indonesia tahun 1958. Mereka adalah Tan Joe Hok, Ferry Sonneville, Eddy Yusuf, Olich Solihin. Lie Po Djian, Tan King Gwan dan Njoo Kim Bie. Jadi kampiun piala Thomas pertama kali setelah mengalahkan juara bertahan Malaya di babak final di Singapura. Tahun 1980 gelar tersebut dianugerahkan kembali kepada 7 orang tim Thomas Indonesia, mereka adalah Rudi Hartono, Iie Sumirat, Liem Swie King, Tjun tjun, Johan Wahyudi, Christian Hadinata, dan Ade Candra. Berikutnya adalah para peraih medal olimpiade barcelona tahun 1992 (yang putra) kemudian dua tahun berikutnya merebut Piala Thomas –setelah 10 tahun di China dan Malaysia- yaitu Alan Budi Kusuma, Ardy B Wiranata, Hermawan Susanto, Edi Hartono, Rudy Gunawan, Deni Kantono, Antonius. Berlanjut dengan The magnificent berikutnya yang mampu melanggengkan piala Thomas sepuluh tahun (1994 s/d 2002) di bumi pertiwi yaitu Joko Suprianto, Hariyanto Arbi, Marleve Mainaky, Hendrawan, Taufik Hidayat, Ricky Subagja, Rexy Mainaky. Dan sekarang... The seven magnificent untuk tahun 2008 ini. keberhasilan mereka adalah merebut emas olimpiade 08, kemudian super series dan satellite berturut-turut (Indonesia open, Taiwan, Jepang, China, dan Makau) yaitu Taufik Hidayat, Sony Dwi Kuncoro, Simon Santoso, Markis Kido, Hendra Setiawan, dan kedua tunggal yunior yaitu Alamsyah, dan Tommy bin Icuk Sugiarto. Kita tunggu apakah the seven magnificent mampu merebut kembali Thomas 2010, dan menyumbang angka buat Piala Sudirman 2009...
Kita tunggu

Saatnya Simon



SIMON Santoso, sang spesialis runner up sebenarnya bukan mutlak selalu juara dua. Dia pernah menjadi kampiun di Vetnam tahun 2005. Fenomena spesialis "runner Up" beberapa kali disandang pemain Indonesia seperti Hastomo Arbi (pahlawan piala Thomas 1984), Eddy Kurniawan (penyumbang poin saat Indonesia lawan Korea di final Sudirman 1989), dan Joko Suprianto (akhirnya menjadi juara dunia 1993). Dalam menghadapi spesialis juara dunia seperti itu PBSI mempunyai terapi: mengirim pemain ke kelas satelit. Supaya mereka menang dan sampai ke level juara, jadi punya pengalaman jadi kampiun. Akan tetapi beda dengan Simon Santoso. Bocah Tegal ini tahun 2008 menjadi runner up kejuaraan super series di Singapura dan Indonesia. Dan Taiwan 2008 pekan kemarin menjadi bukti kedigdayaan pemain berusia 24 tahun ini. Mengalahkan Lee Tsuen Tsang di perempat final, dan Roslin Hashim di final.
English version at http://yuniandono.blogspot.com/2008/09/2008-times-for-simon.html. Yuni Andono Achmad. My friendster at http://profiles.friendster.com/9275817

Rabu, 10 September 2008

Cina Cari Hari Olahraga

Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina, demikian sabda Kanjeng Nabi. Untuk olahraga pun kita musti banyak belajar dari mereka. Bola edisi 9 Sept 2008 menayangkan keberhasilan para taipan atau singkek dalam mengembangkan olahraga di tanah tiongkok. Wartawan dengan inisial 'dede', menulis pada halaman 6 (enam) dengan judul “Sekali berolahraga setiap hari”. Cina belum punya hari olahraga nasional atau haornas.
Sejak Olimpiade Beijing dicanangkan pada 8 Agustus, kalangan masyarakat mendesak agar tanggal itu dijadikan sebagai hari olahraga nasional (Haornas) bagi negeri Cina. Sejak peraturan pemerintah Cina tentang kebugaran fisik diterapkan tahun 1995, program kebugaran fisik nasional langsung diterbitkan dan menjadi acuan untuk diterapkan terhadap seluruh sektor kehidupan masyarakat. Hasilnya, di tahun pertama, langsung tercatat 33,9 % warga yang berusia 7 hingga 70 tahun melakukan aktivitas olahraga secara reguler. Bahkan, 60,7% warga perkotaan aktif mendatangi klub kebugaran untuk berolahraga. Tak mengherankan, di akhir 2005, 37 % dari total penduduk Cina, yang mencapai sekitar 1,5 miliar, rajin melakukan olahraga rutin. Pemerintah Cina membangun banyak gedung olahraga dan stadion. Hasilnya, setelah 15 tahun program berjalan, kini terdapat sekurangnya 620 ribu gedung yang bisa dipakai siapa pun yang ingin berolahraga. Bahkan, fasilitas juga dibangun di sekolah, perumahan, apartemen, dan ruang-ruang publik. Sektor pendidikan yang dibangun Cina sejak 1959 tak hanya menjadi sendi pembangunan ekonomi yang kuat, namun juga menciptakan masyarakat yang sehat. Bahkan, program nasional kebugaran fisik itu menargetkan pada 2010 sebanyak 40 % penduduk Cina, yang diperkirakan akan mencapai 1,7 miliar, aktif berolahraga. Hal itu bukan mimpi. Saat ini, setiap sekolah memiliki guru olahraga khusus serta fasilitas yang memadai. Murid yang tidak memenuhi standar kebugaran tidak bisa melanjutkan studi ke level yang lebih tinggi. Selain itu, pekan olahraga nasional -sebangsa PON di tempat kita- juga digelar pada setiap musim semi dan gugur. Bahkan, pekan olahraga antar-SMA dan universitas tingkat nasional yang digelar setiap empat tahun jadi ajang seleksi untuk memilih para pelajar muda berbakat olahraga untuk dimasukkan ke sekolah khusus olahraga dan dididik menjadi atlet. Menyentuhnya olahraga sejak usia dini di sekolah yang dicanangkan sejak 15 tahun lalu membuat harapan hidup meningkat 3,25 tahun, dengan rata-rata usia warga Cina mencapai 71,8 tahun. Hal itu sungguh kontras dengan indeks kebugaran bangsa Indonesia. Data Sports Development Indeks 2006 menunjukkan kondisi kebugaran masyarakat kita: 1,08% masuk dalam kategori baik sekali; 4,07% baik; 13,55% sedang; 43,90% kurang; dan 37,40% kurang sekali. Survei lain menunjukkan anggota masyarakat yang melakukan olahraga untuk tujuan prestasi sebesar 7,8%, dengan kata lain 92,2% anggota masyarakat melakukan olahraga bukan untuk tujuan prestasi..... my email in kang_aan@yahoo.com.

Selamat Haornas


TAHUN 2008 ini pada tanggal 09 September Indonesia telah memperingati Hari Olahraga Nasional atau Haornas yang ke-25. Sementara di Cina baru digagas hari olahraga nasional pada tanggal 08 Agustus –karena pada tanggal 080808 mereka sukses memulai Olimpiade. Eko Widodo di Bola hari Selasa 9 September 2008 (kolom “Usul Usil”) mengutip buku “Political Influence on Physical Education and Sport in the People’s Republic of China” bahwa sejarah Tiongkok dalam menggeluti olahraga demikian panjang. Di era Chiang Kai Shek (1911-1949) pemerintah Cina belum serius menyentuh olahraga. Sesudah itu pemerintah Cina daratan dipegang oleh rezim komunis Mao Zedong (1949-1976) setelah selesainya perang saudara antara Komunis dengan Kuomintang. Pada rezim Mao Zedong itulah China mulai membangun kekuatan di bidang olahraga. Pembangunan olahraga dimulai dengan pencetakan guru-guru pendidikan jasmani. Mereka kemudian dikirim ke seluruh negeri untuk mengembangkan sumberdaya manusia yang sehat, terampil dan bugar. Sesudah pembangunan infrastruktur selesai, para atlet Cina mulai tampil dan berprestasi di dunia pada pemerintahan Deng Xiaoping sejak tahun 1976. Atlet dari Jepang dan Korea mulai dikalahkan di pentas Asia. Di level dunia, kontingen Cina masuk ke jajaran sepuluh besar dunia. Tahun 1984 di Los Angeles, USA, mereka menduduki peringkat kedua dunia –meski saat itu negara blok Uni Soviet pada boikot. Sewaktu Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 1962, Cina belum mengirim delegasi (setahuku). Waktu itu Cina gak ada apa-apanya ama Jepang yang peringkat 1, terus runner-up tuan rumah Indonesia. Atlet Cina tahun 1962 pasti kelimpungan menghadapi lari Muh Sarengat sang sprinter peraih emas 100 meter. Di bulutangkis sang raksasa yang bangun dari tidurnya ini mendapatkan piala Thomas tahun 1982 di London dengan mengandaskan Indonesia di final, pada keikutsertaan pertama mereka. Veni vidi vici, datang lihat menang. youknee idontknow http://yuniandono.blogspot.com