Rabu, 20 Agustus 2008

Perunggu Yulianti Serasa Emas


MARIA Kristin Yulianti seorang “Ning Tuban” kelahiran 1985 mendapatkan medali perunggu Olimpiade 2008 setelah mengandaskan Lu Lan “Chinese” sang peringkat 4 dunia itu. Tabloid Bola pada edisi 19 Agustus 2008 menyebut namanya dengan Super Maria karena perjuangannya yang luar biasa dalam 3 (tiga) set 11-21, 21-13, 21-15. Sebutan “Super“ tersebut telah disandang Susy Susanty ketika tahun 1989 menjadi pemain ketiga Indonesia saat sudah ketinggalan 2-0 pada final Piala Sudirman di Jakarta. Waktu itu final Sudirman 1989 mempertemukan Indonesia versus Korea. Ganda putra pertama Indonesia (Eddy Hartono/ Rudy Gunawan) kalah sama Park Joo Bong/ Kim Moon So. Ganda putri kalah juga. Tetapi Super Susy bisa membalikkan keadaan pada lawannya telah mencapai match point. Dan kini predikat itu disandang oleh Maria Kristin. Ia mengalahkan Lu Lan yang mengalahkannya di final Indonesia Super Series sebulan sebelumnya. Pada olimpiade sebelumnya, tahun 2004 dan 2000, tunggal putri Indonesia tanpa wakil. Pada olimpiade sebelumnya lagi (1994 di Atlanta) kita dapatkan perak melalui Mia Audina dan perunggu melalui Susy Susanty. Pencapaian luar biasa ádalah pada tahun 1992 di Barcelona ketika bulutangkis pertama kali ditampilkan di olimpiade. Susy Susanty mendapatkan emas, dan Alan Budi Kusuma (sekarang menjadi suaminya) mengalahkan Ardy BW di final. Perunggu diraih sang pembunuh besar dalam sejarah bulutangkis –yaitu Hermawan Susanto yang mengalahkan Zhao Jianhua- bersama dengan Thomas Stuer Lauridsen dari Denmark. Melihat kemenangan Mari Kristin Yulianti serasa lain. Dia tidak hanya meraih perunggu tetapi emas dalam tanda petik. Satu-satunya bukan orang Tiongkok di semifinal Beijing Olympic, dan mengalahkan jagoan tuan rumah di perebutan perunggu. Perunggu Yulianti Serasa Emas.English version at http://yuniandono.blogspot.com/2008/08/yuliantis-medal-is-like-gold-for-us.html

Tidak ada komentar: