Senin, 25 Agustus 2008

The End of Beijing


THE End of Beijing Olympic. RRC atau Republik Rakyat China untuk pertamakalinya menjadi tuan rumah olimpiade 2008 dengan mengeluarkan dana sebesar US$70 miliar untuk perhelatan ini. Bandingkan dengan Athena di Yunani yang empat tahun lalu mengeluarkan US$11,7 miliar. Selain itu China –yang koran Jawa Pos sering menyebutnya dengan Tiongkok- untuk pertama kalinya menjadi pengumpul medali terbanyak dengan 51 emas, menyalip USA dengan 36, dan melanggar Rusia dengan 23, sementara Inggris Raya 19. Dari 10 negara pengumpul medali emas terbanyak, 5 (lima) diantaranya dari benua Eropa, kemudian 4 (empat) dari Asia, dan 1 (satu) adalah benua Amerika. Negara Asia adalah China (nomor 1), Australia (6), Korea (7), dan Jepang (8). Eropa adalah Rusia (3), Inggris (4), Jerman (5), Italia (9), dan Francis (10). Dari benua Amerika sesudah Amerika Serikat (peringkat 2) adalah Jamaika yang berada 13. Sedangkan Kenya merupakan satusatunya negara Afrika yang berada di 15 besar, sesudah itu Ethiopia di urutan 18. Kedua negara Afrika tersebut mendapatkan semua medali emasnya dari cabang atletik. youknee idontknow

The End of Olympic

INDONESIA peringkat ke-42 atau 43 dalam Olimpiade Beijing 2008. Perolehannya sama persis dengan Bulgaria, yaitu 1 emas, 1 perak, dan 3 perunggu. Bedanya, peraih medali emas Bulgaria adalah cewek di cabang dayung (rowing) atas nama Neykova Rumyana dan tergolong "sepuh” karena kelahiran 1973. Sementara Indonesia mendapatkan emas dari ganda putra bulutangkis (Markis Kido/ Hendra Setiawan) yang sama-sama lahir di bulan Agustus tahun 1984. Di bawah Indonesia/ Bulgaria ada Finlandia (1-1-2) dan Latvia (1-1-1). Sementara di atasnya ada Slovenia (1-2-2), dan Uzbekistan (1-2-3). Diantara negara Asean, peringkat Indonesia nomor 2 (dua) di bawah Thailand yang mendapatkan 2 emas dan 2 perak (peringkat 31 persis sama dengan Mongolia). Bedanya jumlah total medali Indonesia lebih banyak dari Muangthai, hanya selisih 1 (satu), yaitu 5 sama 4. Tim Indonesia juga lebih efisien karena ”hanya” mengirim 24 orang, dengan 2 pasang ganda mendapat medali. So perhitungannya dari 24 orang sebanyak 7 orang mendapat kepingan medali, sekitar 29 persen -antara sepertiga sama seperempat atlet Indonesia mendapat medali. Indonesia dan Thailand sama-sama mempertahankan tradisi medali di lumbung emasnya. Indonesia di bulutangkis, Muangthai di tinju. Tentunya jumlah kontingen Muangthai atau Thailand lebih banyak, karena mereka mengikuti taekwondo dan tinju. Negara Asean lainnya (Malaysia, Singapura, dan Vietnam) berada di peringkat 69 dengan perolehan 1 medali perak. Empat tahun lagi olimpiade di London, masihkah kita berharap dari bulutangkis? Perunggu olimpiade dua pinggat disumbangkan dari angkat besi, dari dua anak muda kelahiran 1987 dan 1989. semestinya empat tahun lagi mereka masih bisa berkompetisi. Empat tahun lagi di Inggris dan bisa saja sentimen ”pro-commonwealth” akan lebih mengemuka. Mereka punya agenda untuk ketemu juga di dalam olahraga -mungkin 4 tahunan. Negara-negara persemakmuran mungkin akan bersatu untuk saling membantu negara anggotanya dalam meraih medali emas. Negara-negara bekas jajahan Belanda akan dilibas. my email in kang_aan@yahoo.com.

Kamis, 21 Agustus 2008

Robin Hood Meninggal


SESEORANG yang dikenal dengan ‘Robin Hood’ dari Indonesia yaitu Donald Pandiangan telah berpulang pada hari Rabu 20 Agustus 2008 di Jakarta. Lahir pada tanggal 12 Desember 1945 di Sidikalang, Sumatra Utara, dan predikat Robin Hood from Indonesia karena prestasinya sebagai atlet panahan yang seabreg. Pada PON VIII tahun 1973 Donald membawa pulang satu medali emas dari ronde nasional 70 meter. Tahun 1975 menjadi juara nasional. Pada tahun 1976, mewakili Indonesia di Olimpiade Montreal dan hanya mampu menduduki peringkat 16. Donald lolos ke Montreal setelah keluar sebagai juara umum ronde FITA di SEA Games 1977. Ia juga membawa pulang 10 dari 11 medali emas ronde FITA dan nasional pada PON 1977. Tahun 1981 menjadi satu-satunya pemanah asal Indonesia yang menjadi juara Asia. Pada PON 1987 dia merebut dua medali emas pada PON 1987. Sebagai pelatih, kesuksesannya adalah mengantar trio Srikandi Indonesia (Lilies Handayani, Nurfitriana, dan Kusumawardhani) meraih perak di Olimpiade Seoul 1988. So olimpiade 2008 di Beijing ini adalah 'peringatan' 20 tahun Indonesia pertama kalinya tercantum sebagai peraih medali di jajaran klasemen dunia. Kunci kepelatihannya adalah disiplin dan kerja keras. Pernah kubaca dulu bahwa metode pelatihannya cukup menggunakan ember berisi air. Setiap pemainnya disusuh angkat ember tiap pagi. Tetapi beberapa pemain menganggap kepelatihannya terlalu keras, sehingga dia ditolak jadi pelatih sekitar 5 tahunan ini. Pak Donald lalu pindah ke Singapore. Setahuku ketua Perpani pak Taufik Efendi yang jadi Meneg PAN, kemudian menawari dia untuk kembali ke Indonesia, mungkin tahun 2006 kemarin. Rest in Peace: Donald Djatunas Pandiangan. Source: kompas.com, tempointeraktif

Rabu, 20 Agustus 2008

Olimpiade Beijing adalah Asian Games



TERJADI di bulutangkis, semua medali Olimpiade Beijing adalah untuk orang Asia, Ini olimpiade tak ada bedanya sama Asian Games. Pemain-pemain Eropah sudah keok di jalan –bahkan jalan menuju semifinal. Di ganda putri, pemain Eropa yang tersisa adalah Emms Gail/ Donna Kelog dari Inggris Raya pada 16 besar. Ganda putra lumayan, ada Lars Paske/ Jonas Rasmussen (Denmark) di semifinal sebelum kalah sama perebut emas Markis Kido/ Hendra Setiawan (hurray they are from my country), dan apesnya waktu perebutan perunggu kalah sama wong Korea Lee Jaejin/ Hwang Jiman. Orang Eropah satu-satunya yang pernah mendapatkan emas bulutangkis olimpiade adalah Poul Erik Hoyer Larsen dari Denmark tahun 1996. Sebenarnya Denmark mengharapkan hal yang sama dari Peter Gade pada tahun 2004 dan 2008 ini. Hebatnya, mereka yang mengalahkan Peter Gade di perempat final adalah peraih emas. Taufik Hidayat melakukannya di tahun 2004, dan tahun ini Lin Dan begitu juga adanya. Cerita lainnya adalah apesnya si Lee Hyun Il di 2 (dua) olimpiade terakhir. Tahun 2004 gagal mendapatkan perunggu karena kalah dari Sony Dwi Kuncoro, dan tahun 2008 ini kalah sama Chen Jin sehingga harus puas duduk di peringkat empat. On the other hand, bulik Zhang Ning menjadi satu-satunya pemain yang sukses di 2 olimpiade terakhir karena dapat emas terus di tunggal putri. Padahal usia sudah 33 tahun, sudah menikah, dan sempat cuti satu setengah tahun. Kalau pembaca ingat tahun 1994 lalu, Zhang Ning inilah yang “membantu” Indonesia mendapatkan Uber yang ditunggu sejak tahun 1975. Apa yang bisa diperbuat gadis 17 tahun bernama Mia Audina di final piala Uber? Untungnya Zhang Ning nervous, gugup, ndredeg, dan tidak keluar potensi main badminton –nya, so menanglah tim Uber Indonesia 3-2. China dan Indonesia adalah dua negara yang tidak pernah absen dalam mendapatkan emas bulutangkis. Sedang Korea tahun 2000 pernah pulang dengan tangan hampa. Tahun ini Korea dapat satu emas lewat bocah 19 tahun Lee Yong Dae di ganda campuran yang berpasangan dengan Lee Hyo Jung. Mereka mengalahkan peringkat satu dunia Nova Widianto/ Lyliana Natsir. ENGLISH version at http://yuniandono.blogspot.com/2008/08/beijings-olympic-is-asian-games.html

Perunggu Yulianti Serasa Emas


MARIA Kristin Yulianti seorang “Ning Tuban” kelahiran 1985 mendapatkan medali perunggu Olimpiade 2008 setelah mengandaskan Lu Lan “Chinese” sang peringkat 4 dunia itu. Tabloid Bola pada edisi 19 Agustus 2008 menyebut namanya dengan Super Maria karena perjuangannya yang luar biasa dalam 3 (tiga) set 11-21, 21-13, 21-15. Sebutan “Super“ tersebut telah disandang Susy Susanty ketika tahun 1989 menjadi pemain ketiga Indonesia saat sudah ketinggalan 2-0 pada final Piala Sudirman di Jakarta. Waktu itu final Sudirman 1989 mempertemukan Indonesia versus Korea. Ganda putra pertama Indonesia (Eddy Hartono/ Rudy Gunawan) kalah sama Park Joo Bong/ Kim Moon So. Ganda putri kalah juga. Tetapi Super Susy bisa membalikkan keadaan pada lawannya telah mencapai match point. Dan kini predikat itu disandang oleh Maria Kristin. Ia mengalahkan Lu Lan yang mengalahkannya di final Indonesia Super Series sebulan sebelumnya. Pada olimpiade sebelumnya, tahun 2004 dan 2000, tunggal putri Indonesia tanpa wakil. Pada olimpiade sebelumnya lagi (1994 di Atlanta) kita dapatkan perak melalui Mia Audina dan perunggu melalui Susy Susanty. Pencapaian luar biasa ádalah pada tahun 1992 di Barcelona ketika bulutangkis pertama kali ditampilkan di olimpiade. Susy Susanty mendapatkan emas, dan Alan Budi Kusuma (sekarang menjadi suaminya) mengalahkan Ardy BW di final. Perunggu diraih sang pembunuh besar dalam sejarah bulutangkis –yaitu Hermawan Susanto yang mengalahkan Zhao Jianhua- bersama dengan Thomas Stuer Lauridsen dari Denmark. Melihat kemenangan Mari Kristin Yulianti serasa lain. Dia tidak hanya meraih perunggu tetapi emas dalam tanda petik. Satu-satunya bukan orang Tiongkok di semifinal Beijing Olympic, dan mengalahkan jagoan tuan rumah di perebutan perunggu. Perunggu Yulianti Serasa Emas.English version at http://yuniandono.blogspot.com/2008/08/yuliantis-medal-is-like-gold-for-us.html

Selasa, 19 Agustus 2008

Waiting for Sudirman

INA alias Indonesia lagi-lagi kalah di final beregu campuran dunia. Bertempat di Glasgow, Skotlandia, bulan Juni 2007. Tujuh kali ke final Piala Sudirman dan enam kali menjadi runner up. Pertanyaannya: tragiskah nasib Indonesia kali ini? Menurut aku kita mustinya malah bersyukur. Di Glasgow ini Indonesia menduduki unggulan kelima –di bawah RRC, Denmark, Malaysia, dan Korea. So merekalah yang diprediksikan melaju ke semifinal. Indonesia pertama main dan kalah 2-3 waktu lawan Korea orang sudah mulai memperkirakan Ina bakal ‘habis’. Tetapi besoknya dengan heroik mengandaskan Denmark dan kemudian Hong Kong dengan 4-1. Di semifinal tertinggal 0-2 dari Inggris sebelum menang 3-2. So kekalahan Indonesia di final Sudirman tidaklah perlu diratapi, mestinya disyukur karena maju semifinal aja udah di luar dugaan. Mending kita menatap 2009 pertandingan Piala Sudirman di Guangzhou, daratan Tiongkok. Mungkin lebih indah kita menatap tahun 2009, karena dari segi tahun 2009 adalah tepat 20 tahun Indonesia merebut piala Sudirman pertama kali tahun 1989. Kemudian kota Guangzhaou menorehkan sejarah manis ketika tahun 2002 tim Thomas Indonesia mempertahankan piala Thomas dengan mengalahkan Malaysia 3-2. Tatap ke depan, look and move forward! Selengkapnya di http://yuniandono.blogspot.com/2007/06/we-must-look-forward-to-sudirman-cup.html

Value Added of Sport

AWAL tahun 2007 ini Depdagri mengkritik Daerah yang menggunakan APBD untuk dana klub bola- maka peran Pemerintah mulai dipertanyakan kembali untuk komitmen dunia olahraga. Pemerintah juga bisa berkilah bahwa APBD arahnya untuk ’pemberdayaan’ masyarakat enggak cuma sepakbola doang. Kami-kami yang cinta bola ama memperhatikan ekonomi bisa menengahi dengan, ”APBD gak papa buat sepakbola asalkan ada efek multiplier yang besar”. Ini namanya value added, Bung. Sepakbola ama APBDnya ini lalu diungkit lagi ketika tim bulutangkis Indonesia samasekali (babar blas) tidak mendapatkan gelar juara di Indonesia Super Series. Orang kemudian rindu akan pembinaan jaman dulu –dengan Pemerintah yang lebih dominan membina atlet. Bulutangkis selama ini dikatakan sebagai leading-sector Indonesia, sampai-sampai pak Titus Kurniadi pernah mengusulkan agar Garuda Indonesia menghiasi ornamen-ornamen shuttlecock agar semua tahu lewat olahraga inilah Indonesia jaya. Tapi hasilnya terutama tahun ini? Selama putaran super series digelas semenjak tahun 2007 baru sekali INA dapat –yakni ganda campuran Flandy Limpele/ Vita Marisa di Singapura. Selebihnya adalah runner up dan bahkan gagal di babak awal. Selengkapnya di http://yuniandono.blogspot.com/2007/05/negara-dan-olahraga.html

Negara dan Olahraga

MENURUT Musgrave –lewat bukunya Public Finance: Theory and Practice, 1973- fungsi utama Pemerintah dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah berkenaan dengan alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Sedangkan Pembukaan UUD 45 telah menggariskan bahwa Negara harus mampu pertama melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, kedua memajukan kesejahteraan umum, ketiga mencerdaskan kehidupan bangsa, dan keempat ikut melaksanakan ketertiban dunia. Fungsi pertama tidak lebih adalah Stabilisasi "ala Musgrave". Fungsi kedua adalah Distribusi. Fungsi ketiga adalah Alokasi (untuk sektor Pendidikan). Fungsi keempat sama dengan Stabilisasi.
Tetapi dewasa ini dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara semakin kompleks seiring dengan meningkatnya permasalahan dan tuntutan peningkatan kualitas kehidupan. Hal tersebut mengakibatkan sejumlah perubahan di dalam fungsi, lingkup dan sifat urusan pemerintahan tersebut di atas. Dalam pola pemerintahan yang berjenjang seperti negara kita ini, perubahan di atas pada akhirnya akan menyentuh hubungan Pusat dan Daerah terutama di dalam pembagian wewenang dan tanggung jawab pelaksanaan tugas-tugas pembangunan. Wewenang dan peran negara dalam Olahraga masuk yang mana? Selengkapnya di http://yuniandono.blogspot.com/2007/05/negara-dan-olahraga.html

Coming from Behind

Kamis, 03 Mei 2007. Melihat semifinal champions Milan-MU tadi pagi –tepatnya: siaran ulang- ingatan saya jadi melambung ke tahun 1987, bagaimana PSIS menjadi juara perserikatan karena dia ...jago lapangan becek. Lalu dengan taktik 'coming from behind' membungkam persija, then persebaya di final. Sumohadimarsis menyebut coming from behind versi psis ini dengan gaya ‘semarangan’. Tidak begitu mirip memang gaya italy ini dengan cfb, tetapi 3 buah gol setidaknya dari orang yang memang ‘datang belakangan’ mengindikasikan bahwa jangan terkecoh dengan pergerakan orang ‘utama’. Anyway, Stadion SanSiro dilengkapi dengan sistem irigasi (sebut saja namanya begitu –dasar katrok), semacam pengairan stadion sehingga tidak sampai banjir meski kehujanan. Tapi bertanding under ujan deres? Sepertinya Ferguson tidak mengira bahwa pasukannya harus bertempur di arena basah. Tidak dengan Rossoneri. Gatuso dkk tetap giras bertanding meski dingin menerpa. Apalagi Kaka, Seedorf, Gilardino memang come from behind untuk menipu ke sebelah kiri van der sarr (notice: semua gol di sisi kiri van der sarr). Congrat to milan... Selengkapnya di http://yuniandono.blogspot.com/2007/05/semifinal-champions-2007.html

Gagasan Presiden tahun 2007

PADA hari Jumat, 19 Januari 2007, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan penghargaan kepada para peraih medali di ajang Asian Games 2006. Pada kesempatan itu pula Presiden SBY menyatakan beberapa gagasan untuk memajukan dunia olahraga Indonesia. Enam gagasan Presiden tersebut adalah (Kompas, 21 Januari 2007, hlm 8) pertama semua pihak diminta peduli terhadap olahraga, kedua Pemerintah akan meningkatkan dana APBN untuk olahraga (tahun 2007 hanya Rp 450 Miliar), ketiga akan didirikan lembaga pendanaan olahraga (sport fund) dalam bentuk kerjasama dengan swasta (public private partnership), keempat pembangunan prasarana pusat olahraga di Sentul, Jawa Barat, seluas 32 hektar, kelima pengembang agar memikirkan penyediaan fasilitas olahraga dalam kawasan permukiman yang dibangun, keenam proses pelatihan dan pembinaan dilakukan dengan baik. Pertanyaannya, apakah keenam gagasan tersebut menjadi solusi untuk menjadikan olahraga Indonesia mampu berbicara kembali di tingkat dunia? Tulisan ini berusaha menjawab hal tersebut. Selengkapnya di http://yuniandono.blogspot.com/2007/05/6-gagasan-presiden-jauh-panggang-dari.html